Kamu
adalah satu kata yang (dulu) selalu aku banggakan, selalu menjadi alasan
utamaku dapat tersenyum, selalu menjadi alasan utamaku dapat ceria. Tapi kamu
juga (dulu) menjadi alasan utamaku, kepada siapa aku meneteskan air mata. Tetesan
air mata yang belum pernah terjatuh dan terbuang yang tak terhitung berapa
liternya. Iya, kamu alasan itu semua.
Tapi
kenapa semua alasan itu menjadi sebuah alasan utama kita berpisah? Berpisah oleh
waktu dan dunia yang berbeda. Berpisah tak lagi saling sapa, tak lagi saling
memberi kabar, tak lagi saling tersenyum, tak lagi saling mengucapkan kata ‘selamat’?
Begitu cepatkah waktu merebut itu semua dariku dan darimu? Begitu cepatkah aku
di sini seorang diri tanpa kamu di sisi ini? Begitu cepatkah takdir membawa
hatiku dan hatimu pisah oleh dunia yang kini telah berbeda.
Siapa
yang dapat ku salahkan akan semua yang terjadi padaku dan padamu? Dapatkah aku
menyalahkan SANG PENCIPTA yang sempat memberikan kamu hadir dalam hidupku walau
tak abadi? Ya, tak abadi ! Tapi mengapa begitu cepat kebahagiaan yang ku
rasakan pergi dari hidupku? Mengapa?!!
Dapatkah
aku berkata bahwa dunia tidak adil? Ataukah aku dapat berkata Sang Pencipta
yang tak adil? Yang tak adil mempertemukan kita jika memang harus dipisahkan?
Mengapa memberikanku kebahagiaan, senyuman dan tawa jika memang harus
memberikanku deraian tetes air mata yang amat sangat dalam? Mengapa??
Dapatkah
aku melalui pergantian waktu dengan ditemani tetesan air mata? Ya, untuk saat
ini aku hanya selalu mengenang mu yang sudah beda dunia antara aku dan kamu,
yang selalu dipeluk dengan tetesan air mata kesedihan. Kemana kamu? Mengapa kamu
tega melihat aku mengeluarkan berliter-liternya air mata ini sendirian. Mengapa
kamu tidak mendatangiku dan menghapus air mata ini, seperti sebelumnya kamu
lakukan itu setiap kali menyentuh air mata ini?
Haruskah
saat ini aku menghapus air mata ini seorang diri tanpa ditemani kamu ??




Tidak ada komentar:
Posting Komentar