Pages

Ads 468x60px

:)

Get Gifs at CodemySpace.com

Anda Pengunjung Ke -

Jumat, 10 Mei 2013

Jangan Dengar Omongan Mereka (part 2)


 Entah apa yang ada di pikiranku saat itu , aku mengikuti dan menyamar menjadi anak sekolahan di sekolah bocah ingusan itu demi mengambil sebuah handphone milikku.
Menyamar dengan style saat aku masih SMA dulu. Rambut kucir 2 dengan menggunakan kacamata hitam yang besar , sambil menunggu bocah tersebut datang. Ramai-ramai suara gadis ini menyorakki saat 3 anak SMA lainnya datang.
Dan, ya inilah bocah yang kutunggu-tunggu. Tidak di sangka ternyata bocah ini termasuk famous di kalangan sekolahnya ini. “Apa sih gantengnya dia” batinku.
Ketika bocah dan kedua temannya ini berjalan mengarahkan kaki ke arahku , dia melihat seolah dia mengenal penyamaranku. Kedua temannya binggung melihat ku.
“Kamu bukan kalangan famous di sekolahan ini kan ?”
“ekkh.saya senior kalian 2 tingkat di atas kalian.”
“aku seperti tidak pernah melihatmu di sekolahan ini” ucap temennya satu lagi.
Dia bukan anak sekolahan , dia sudah tua , dia seorang wanita yang sudah bekerja, namun aku jatuh cinta padanya” ucap pria bocah ingusan ini pada kedua temannya.
(tiba-tiba bel berbunyi menandakan upacara)
Selesai dari upacara tersebut , akhirnya bocah ingusan ini mengembalikan handphone ku. Setelahnya bocah ingusan ini menantangku untuk bolos dari kelas, dan mengajakku ke lab sains milik sekolah ini.
“aku senang dengan lab sains. Ketika aku masih sekolahan , aku selalu menghabiskan waktuku di lab sains ini. karena setiap di jendela lab sains ini , aku bisa melihat lapangan basket , dan melihat permainan Raka setiap kali bermain basket.” Curhatku tanpa sengaja pada bocah tersebut.
Mendengar curcol ku tersebut , bocah ini mengajakku bermain ke lapangan basket dan bermain basket sekelak. Sejenak aku merasakan indahnya dunia SMA tersebut.
Namun aku tersadar dompetku ketinggalan di lab sains ini. kami pun kembali ke lab sains ini untuk mencari dompetku. Dan aku berusaha mencari dompet ini tanpa ditemani dengan dia. Di selingan aku mencari dompet tersebut handphone ku berdering .
“Sudah ketemu dompetnya?”
“Belum , jika ingin dompetnya ketemu dengan cepat bantu cari!”
“Cari aja sendiri. Coba lihat ke arah jendela.”
(sekelak melihat ke arah jendela , dan ternyata bocah ingusan ini bernyanyi)
Nyanyiannya sempat membuat senyuman simpul dari bibirku. Setelah itu , aku keluar dari lab sains bertujuan menemui bocah ini.
Di selingan anak tangga tersebut , kami pun berjumpa.
“Kamu tau bagaimana perasaanku. Aku tidak ingin membandingkan aku dengan dia yang sudah mapan, aku hanya ingin cintailah aku. Dan aku akan berjanji dan berusaha untuk tidak membuatmu kecewa dan membuat air matamu keluar setetes pun. Mau kah kamu jadi kekasihku yang mencintai ku dan memberikan kesempatan kepadaku untuk mencintaimu dan menjaga mu?”
Aku masih saja diam bisu melihat semua ini, melihat hal yang tidak pernah sedikitpun terbenak dalam pikiranku. Namun , aku juga harus menjawab semua itu , pada saat ittu.
“eee..hh..mm... (menganggukan kepala) ii..yaa..”
Mulai dari hari itu , hari-hariku selalu dipenuhi dengan dia , aku sama sekali tidak menyangka bahwa aku berpacaran dengan anak SMA.
Dia sering datang menemani ku saat ku bekerja dan mulai akrab dengan teman-temanku , namun temanku sama sekali belum mengetahui bahwa dia adalah anak sekolahan.
Tapi , bagaimana pun semua itu disembunyikan dari temanku , akhirnya mereka mengetahuinya juga. Mereka mengetahui bahwa ternyata dia adalah anak sekolahan.
aku tahu bahwa dia anak SMA. Sadar, kamu ini seorang wanita yang sudah berusia 26 tahun , sudah seharusnya kamu mencari sosok pria yang serius , bukanlah anak SMA yang masih bermain-main. Anak sekolahan tidak pernah serius dalam hal percintaan.”
Mendengar omongan dari temanku , aku menjadi selalu berpikir tentang hal itu. Dan menceritakan semuanya kepada dia , namun dia menyikapinya dengan dewasa.
“Semua itu sudah aku pikirkan. Setelah aku tamat kuliah nanti aku akan mengambil alih bisnis dari milik ayahku , dan itu saat aku berusia 28 tahun dan kamu 36 tahun. Aku telah merencanakan masa depanku bersamamu. Dan di saat waktu itu nanti datang , aku ingin kamu mengikatkan dasi ku setiap pagi di saat aku berangkat kerja nanti”.
Mendengar omongan dewasa dari dia , aku semakin yakin bahwa dia adalah seorang bocah ingusan yang memiliki pemikiran yang dewasa.
Hari demi hari kami jalani bersama , berbagai masalah yang datang kami sikapi bersama dengan dewasa.
Terkadang usia pun tidak memandang ketika seorang pria berkomitmen dengan omongannya.
Tak memperdulikan omongan dari mereka :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

:)

Bird On Heart Love

My Signature :)

Sample Text