2
hari 1 malam dan akhirnya aku selesai menyusun bingkai bunga ini untuknya. Ya untuk
dia yang menjadi cinta pertamaku. Keesokan harinya aku memberanikan diri untuk
memberikan buatanku kepadanya , namun sia-sia. Karena aku melihat dia bersama
dengan gadis lain yang (katanya) akan pergi meneruskan pendidikannya di luar
negri.
Waktu
terus berjalan , jam terus berganti , menit demi detik pun melangkah mengikuti
arus jam , tahun demi tahun telah ku lewati tanpanya. Karena aku menyadari
bahwa hidup ini tidak berhenti sampai di sini , hidupku harus tetap berjalan
dengan kehendak Tuhan.
Dan
kini aku telah menjadi wanita karier. Aku mengira aku bisa menghapus
bayangannya dari hidupku , namun aku tidak bisa. Bayangan dan sosoknya masih
terus mengikutiku kemana pun aku berada. Kesibukkanku tidak mampu menghapus
bayangannya, sungguh sangat kuat charisma nya pergi dari hidupku.
Entah
takdir atau kenapa , beberapa tahun kemudian dia hadir dalam hidupku.
Senang.
Ya aku tentunya merasa senang , karena dia telah kembali dalam hidupku. Hari demi
hari kami lewati bersama , aku tak menyangka bahwa mimpi ku terwujud. Sungguh tak
menyangka.
Di
hari berikutnya , saat aku ingin pulang dari kerjaan dan menaiki bus tersebut ,
dengan tiba-tiba bus itu berhenti mendadak dan mengakibatkan aku harus
berciuman dengan bocah ingusan yang masih SMA !
“Argkh
. apa yang telah kau lakukan ? bocah ingusan !”
“Mengapa
tante menciumku ?”
“Kau!!!
Siapa yang menciummu?” (memukulnya dengan tas ku dan kemudian turun dari bus
tersebut)
Sesampainya
di apartemen , aku marah sambil memaki tak jelas sambil mencari handphone ku.
“Oh
My God, handphone ku kemana ?” batinku .
Dengan
segera aku menelepon ke no ku .
“Maaf
, tolong kembalikan handphone saya.”
“Mengapa
tante menciumku?”
(suara
bocah ingusan itu! Batinku)
“Hey
, kamu bocah ingusan otak mesum maling , kembalikan handphone ku.”
“Kan
tante yang memberikannya sambil memukul ku dengan tas tante itu.”
“Dasaaaarrrrrrrrrr
bocah ingusan , kembalikan atau aku akan mengadukan perbuatanmu kepada
sekolahmu!”
“Memangnya
tante tahu di mana sekolahku? Silahkan saja!”
(telepon
terputus)
***
Keesokan
harinya aku mendatangi sekolah bocah ingusan itu dan akhirnyaaa berhasil ,
handphone ku kembali padaku.
Namun
, aku tidak tega ketika anak tersebut di beri hukuman pukulan menggunakan rotan
dari gurunya.
Sebagai
tanda permintaan maaf , aku mengajak anak ini makan.
“Kenapa
tante selalu membuatku sial?”
“Hey,
bocah ingusan , jangan panggil aku tante. Panggil saja aku kakak.”
“memangnya
umur tante berapa ?”
“aku
belum ketuaan ! panggil aku kakak !”
“tidak
mau , aku akan memanggil kamu nona saja”
“sudah
ku katakan , panggil kakak”
“tante
atau nona ??”
“nona”
(telepon
berdering dari Raka *cinta pertama dari cerita yang di atas*)
“Besok
? okeh aku bisa raka. Besok kita ketemu”
***
Keesokannya
aku menjumpai Raka dan melihat bocah ingusan ini lagi , sepertinya dia
mengikuti.
Dasar
sialan !! batinku .
Namun
aku tak mengiraukannya , karena aku tetap menikmati makan malam tersebut dengan
Raka.
Sesampainya
di depan apartemen aku melihat bocah ingusan ini lagi .
“Bisa
gak sih , kamu tidak mengikuti ku terus?”
“Besok
berdandan cantik yaa , kita nonton sebagai ganti rugi nona telah menciumku.”
“Gak
mau!!”
“Okeh
, tak ada kata kata tidak. Besok aku datang.”
“argkh
! kenapa jadi bocah ingusan itu yang memerintahku”
***
Namun
bagaimana pun juga , aku tetap pergi bersama bocah ingusan itu .
(sesampainya
di depan bioskop)
“sebelum
kita nonton , aku ingin kamu lihat dulu cover filmnya.”
Jantung
ku terasa mau copot melihat Raka bersama gadis lain yang (dulu) juga satu
sekolah dengan kami.
“mereka
akan segera menikah, itulah sebabnya aku mengajakmu ke sini , agar kamu tidak
terlalu jauh merasakan sakit itu nanti.”
(aku
yang terdiam bisu hanya dapat menangis melihat hatiku yang telah sakit
tersebut. Aku tak menyangka semua ini terjadi)
Keesokannya
di tempat kerja , aku melihat bocah ingusan ini dengan penampilan layaknya
seorang pria yang sudah mapan.
“Hey,
mau makan siang denganku? (ajaknya terhadap teman-temanku)”
“mau”
Dan
kami pun makan siang bersama nya . saat handphone ku berdering , bocah ingusan
ini mengambil handphone nya dan sekarang aku tahu bahwa handphone itu dering
dari Raka.
“hey,
itu handphone ku kan ? mengapa kau tidak memberikannya?”
“terserahku”
(sambil meninggalkan kami dan ternyata handphone ku diambil olehnya)
#Bersambung